Kamis, 27 Agustus 2015

Jalur KA BANCI (Banjar-Cijulang) yang Mempesona

 DARI 17 terowongan kereta api yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tiga di antaranya ada di Kecamatan Kalipucang, Ciamis, Jawa Barat, persisnya sekitar 12 kilometer sebelum Pantai Pangandaran.
Ketiga terowongan itu adalah terowongan Hendrik sepanjang 100 meter, Juliana (250 m), dan terowongan Wilhelmina (1.200 m). Terowongan Wilhelmina disebut-sebut sebagai terowongan kereta api (KA) terpanjang di Pulau Jawa, bahkan mungkin di Indonesia.

Dalam sejarahnya, ketiga terowongan itu merupakan bagian dari jalur KA "Banci", kependekan dari Banjar-Cijulang, yang panjang seluruhnya sekitar 95 kilometer. Terdiri dari jalur Banjar-Pangandaran sepanjang 65 km dan Pangandaran-Cijulang sekitar 30 km.

Dari Banjar, perjalanan menyusuri jalur KA Banci ini menawarkan keelokan pemandangan alam pegunungan Ciamis Selatan dan mungkin sekaligus ketegangan. Ini terutama terasa sejak perjalanan dari terowongan Hendrik di Dusun Warungbungur, Desa Kalipucang, Kecamatan Kalipucang, hingga terowongan Wilhelmina di perbatasan Desa Emplak dan Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang.

Hanya sekitar 25 meter setelah keluar dari ujung terowongan Hendrik, sekitar 250 meter dari tepi jalan raya Banjar- Pangandaran, jalur rel KA Banci langsung melintasi jembatan Cikacepit yang panjangnya sekitar 1.250 meter,  dengan ketinggian 100 meter.

Jembatan ini terbuat dari rangka besi baja berwarna perak dengan lebar tak lebih dari 1,70 meter dan tanpa pelindung di sisi kiri dan kanannya. Dari atas jembatan, dapat dilihat jelas aliran air dari selokan Cikacepit nun di bawah sana. Di kejauhan sebelah timur laut tampak perairan Segara Anakan, bayangan lebatnya hutan di Pulau Nusakambangan, dan pabrik-pabrik di sepanjang pantai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bila malam hari, dari pabrik-pabrik itu dan perkampungan penduduk di Segara Anakan yang disebut dengan Kampung Laut akan terlihat cahaya kerlap-kerlip lampu penerangan.

Di sebelah barat daya dan selatan jembatan Cikacepit terbentang tinggi Pegunungan Ciamis Selatan dengan lembah-lembahnya yang curam. Selepas dari jembatan Cikacepit, jalur KA Banci akan menyusuri tebing pegunungan kira-kira sepanjang 250 meter kemudian menyeberangi jembatan Cimandala yang panjangnya sekitar 150 meter dengan ketinggian 75 meter. Konstruksi jembatan Cimandala ini hampir sama dengan jembatan Cikacepit. Bedanya, jalur rel KA Banci di jembatan Cimandala tidak lurus, tapi berkelok.

Keadaan serupa juga terjadi pada terowongan Juliana, sekitar 30 meter setelah jembatan Cimandala, sehingga ujung terowongan Juliana yang satu tidak akan terlihat dari ujung terowongan lainnya. Keluar dari terowongan Juliana, jalur KA Banci akan melintasi jalur sepanjang 350 meter, sebelum akhirnya berhenti di Stasiun Sumber. Stasiun KA Sumber ini persis di depan terowongan Wilhelmina. Oleh masyarakat setempat, terowongan Wilhelmina sering disebut dengan terowongan Sumber.

Ketika berhenti di Stasiun Sumber, KA Banci biasanya juga menaikkan atau menurunkan penumpang, terutama warga sekitar Kecamatan Kalipucang. Perhentian di Stasiun Sumber ini juga dapat dianggap sebagai persiapan untuk melintasi terowongan Wilhelmina. Karena panjangnya, jika dilihat dari salah satu ujung terowongan, ujung terowongan lainnya tampak seperti satu titik terang dengan panjang dan lebar seolah-olah hanya satu sentimeter.

Selain itu, di dalam terowongan Wilhelmina dapat ditemui rembesan air menetes dari bagian atap dan dinding terowongan. Rembesan air itu akhirnya menggenang dan bercampur dengan lumut di dasar terowongan. Untuk menyaksikan itu kita harus menggunakan lampu penerangan karena suasana di dalam terowongan Wilhelmina, meskipun siang hari, gelap-pekat.

Seperti jembatan Cikacepit dan Cimandala, bentuk ketiga terowongan yang tersebut semuanya hampir sama. Melengkung di bagian atas dengan lebar sekitar empat meter dan tinggi lima meter. Di beberapa lokasi di dalam terowongan, kita temukan semacam lubang atau ruang kecil untuk tempat berlindung bagi yang sedang berada di dalam terowongan saat KA Banci lewat di dalam terowongan.

Jembatan dan terowongan itu dibangun sekitar tahun 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda. Nama-nama terowongan itu diambil dari nama ratu dan pangeran dari Kerajaan Belanda. Gambaran tentang indahnya pemandangan dan ketegangan yang bisa dijumpai apabila kita naik KA Banci seperti di atas, sekarang hanya tinggal sebuah cerita.

Sejak 3 Februari 1981, PJKA (sekarang PT KAI) telah menghentikan operasi KA Banci. Selain karena rusaknya jalur rel Pangandaran–Cijulang, keputusan itu diambil mengingat mahalnya biaya operasional dan sedikitnya pemasukan dari para penumpang.  Pertengahan tahun 1990, PT KAI pernah berupaya untuk menghidupkan kembali jalur KA Banci. Selain sebagai alternatif transportasi masyarakat, maksudnya untuk mengembangkan pariwisata di Ciamis Selatan. Saat itu ada pertimbangan bahwa perjalanan dengan KA Banci dapat dijual sebagai sebuah paket wisata.

Selain itu, keberadaan KA Banci diharapkan dapat lebih mengembangkan beberapa obyek wisata sepanjang ruas Banjar-Pangandaran–Cijulang yang dilewati kereta api tersebut. Obyek wisata itu, misalnya Pantai Karapyak, Pelatar Agung, dan Majingklak di Kecamatan Kalipucang; Karang Nini, Lembah Putri, Pangandaran, dan Karang Tirta di Kecamatan Pangandaran; serta Batu Hiu dan Green Canyon di Kecamatan Cijulang.
Untuk bisa menyaksikan keindahan jembatan Cikacepit, Anda bisa menyaksikannya di sebuah pelataran di atas Lembah Putri.  Batu bertuliskan ‘Lembah Putri’ terpampang di sebelah kiri jalan menuju Pantai Pangandaran. Sepi, itulah kesan yang muncul saat menginjakkan kaki di gerbang masuk tempat tersebut. Di sebelah batu tadi hanya terdapat satu pos Satpam. Melihat tampilan dan aksen yang terlihat di gerbang masuk tadi, seolah kita tengah menuju ke sebuah hotel mewah. Namun saat ditelusuri, Lembah Putri justru menyuguhkan ‘teka-teki’ tentang keindahan sebuah pantai.
Ada dua cara untuk memecahkan teka-teki itu, yakni menggunakan kendaraan atau jalan kaki. Kendaraan yang dipergunakan haruslah dalam kondisi baik. Sebab, jalanan yang harus dilalui cukup berliku dengan tanjakan yang lumayan tajam. 
Setidaknya, terdapat dua tanjakan yang cukup tajam dengan kontur jalan melingkar 180 derajat. Selepas itu, pengunjung akan melihat jalanan aspal yang tertata begitu alami. Selama dalam perjalanan di kompleks Lembah Putri, pengunjung disarankan membuka jendela. Sejuknya perpaduan hawa pantai dan gunung sangat terasa di bukit yang luasnya sekitar 5 hektare ini. Sedangkan di sisi kiri dan kanan jalan terhampar hijaunya dedaunan.
Di tengah bukit, pengunjung sudah bisa melihat pesona pantai. Hamparan laut yang begitu eksotik, seolah membuat pengunjung tak ingin pergi dari sana. Namun pesona itu belum seberapa. Di salah satu sisi jalan terdapat tangga yang didesain seperti miniatur Tembok Cina. Teka-teki Lembah Putri makin menarik. Saat kaki melangkah di setiap undakan miniatur Tembok Cina, keindahan alam makin terasa. Untuk menaklukkan miniatur Tembok Cina dibutuhkan sedikit kerja keras. Jangan kaget, Anda akan bermandi peluh ketika berjalan mendaki miniatur Tembok Cina ini.
Minatur Tembok Cina dibuat dari batu alam berwarna hitam. Tingginya sekitar 1 meter, sedangkan luas untuk berjalan kaki sekitar 1 meter. Jarak antara undakan yang satu dengan undakan yang lain juga cukup luas. Saat berpeluh mendaki bangunan ini, hiburlah mata Anda dengan memandang pantai yang biru beserta deburan ombaknya.
Lembah Putri terletak di Desa Putrapinggan, sekitar 85 km dari Kota Ciamis. Saat ini, Lembah Putri dimiliki seorang pengusaha asal Tasikmalaya. Tempat wisata ini terhitung paling anyar di Pangandaran, karena baru diresmikan tiga tahun lalu. Bukit inipun hingga kini belum dikunjungi oleh banyak orang. Namun dalam waktu dekat akan dibuat kesepakatan antara pemerintah dan pemilik untuk menetapkan Lembah Putri menjadi tempat wisata untuk umum.
Pengelola menyediakan empat buah cottage bagi pengunjung yang ingin berlibur dalam waktu yang lama. Lokasi ini sangat cocok untuk liburan keluarga. Lembah Putri pun cukup strategis, karena berdekatan dengan Pantai Pangandaran. Untuk sampai ke Pangandaran, pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan kendaraan berkecepatan 60 km per /jam 
Jika jalur KA ini di aktif kan kembali , akan menjadi keuntunguna yang sangat besar bagi Pemda Pangandaran , khusnya di Sektor Parawisata dan perekonomian.  Para Wisatawan yang memepergunakan KA akan disuguhkan pemandangan laut yang menawan/ elok dari atas Kerata Api.
Di jalut tersebut terdapat tiga buah terowongan, salah satu nya terowongan terpanjang di P.Jawa. terowongan Wilhelmina.(1.200 mtr)  , sedangkan Jembatan yang panjang , yaitu jembatan Cikacepit. panjang1.250 mtr, ketingian 100 mtr dari permukaaan tanah.
Teowongan Wilhemina  Sekarang ;

Setasiun Pangandaran saat ini;
Gerbong KA Kayu Jalur Banci
Jlalur Banci Saat ini


sumber; Galamedia Jumat, 30 Januari 2015 | 16:28 WIB.
               PR on.line

1 komentar:

  1. Itu gorbonng tua ada di daerah mana trus apkah mash ada..syh trtaik ingin melihatnya.

    BalasHapus